Rabu, 26 September 2012

Singapura Jadi Tempat Favorit Pebisnis RI



Kamis, 27 September 2012 | 06:44 WIB
http://assets.kompas.com/data/photo/2011/04/23/1307316620X310.jpgKOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKawasan Merlion Park, Singapura.
JAKARTA, KOMPAS.com - Singapura menjadi negara menarik bagi para pebisnis Indonesia. Ini terlihat dari tingginya frekuensi perjalanan bisnis ke negara tersebut. Para pebisnis Indonesia juga irit dalam memilih hotel saat melakukan perjalanan bisnis.

Hal tersebut terungkap dalam survei Accor Asia Pacific Business Traveller Research 2012, yang dirilis di Jakarta, Rabu (26/9/2012). Menurut survei tersebut, Singapura (71 persen) menduduki peringkat pertama tujuan para pelancong bisnis Indonesia. Peringkat kedua dan ketiga adalah Thailand (20 persen) dan Malaysia (19 persen).

Vice President Communications Accor Kawasan Asia Pasifik Evan Lewis mengatakan, pada semester II-2012, Singapura masih menjadi tujuan utama pebisnis Indonesia (60 persen), disusul Malaysia (42 persen) dan China (20 persen).

”Posisi Singapura saat ini sangat penting. Tahun lalu, HongKong yang paling banyak diminati. Banyak yang tertarik ke Singapura karena negara tersebut dinilai menjadi pintu masuk kawasan Asia Pasifik,” paparnya.

Dia mengatakan, para pelancong bisnis Indonesia rata-rata melakukan 10 kali perjalanan bisnis pada semester I-2012. Angka tersebut meningkat dari periode sama tahun lalu, yang hanya enam kali perjalanan.

Survei tersebut juga menyebutkan, pebisnis Indonesia dikenal paling irit dalam membelanjakan uang untuk akomodasi hotel saat melancong ke luar negeri. Rata-rata pebisnis Indonesia menghabiskan 81 dollar AS (sekitar Rp 729.000) per malam. Dana akomodasi tersebut menurun dibandingkan dengan survei tahun sebelumnya, yaitu sebesar 92 dollar AS per malam.

”Penurunan terjadi karena perjalanan bisnis didominasi jabatan tingkat menengah atau level manajer,” ujarnya.

Survei Accor tersebut untuk mengetahui tren perjalanan bisnis dan kecenderungan perilaku pelancong bisnis di kawasan Asia Pasifik. Survei melibatkan 2.500 responden di sembilan negara di Asia Pasifik.(ENY)
Sumber : KOMPAS.COM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar