Selasa, 11 Oktober 2011

Uni Eropa Cekal Tiga Menteri Iran

LUXEMBOURG, KOMPAS.com - Tiga menteri Iran berada dalam daftar 29 orang yang ditargetkan oleh sanksi baru Uni Eropa, menurut sumber diplomatik, Senin (10/10/2011).
Para menteri dalam daftar itu adalah untuk intelijen (dinas rahasia), kehakiman, dan kebudayaan. Ditambah seorang mantan menteri dalam negeri dan juga gubernur, jaksa, dan direktur penjara, sumber tersebut menambahkan.
Sanksi itu akan berlaku pada Selasa (11/10/2011) ketika sanksi itu dipublikasikan dalam buku catatan EU yang sah, Official Journal.
Para menteri luar negeri EU telah mendaftar larangan perjalanan dan pembekuan aset orang-orang Iran itu, di samping sanksi lainnya terhadap Belarus, di Luksemburg, Senin.
Sanksi itu menyusul serangkaian langkah pembatasan pada Maret lalu terhadap 32 warga Iran, dan juga rencana untuk memukul Bank Komersial Suriah, yang telah dihantam oleh pembekuan aset AS pada Agustus lalu, menurut beberapa diplomat.
Heydar Moslehi, menteri intelijen, dianggap bertanggungjawab atas ruangan penyiksaan di penjara Evin yang terkenal, Seksi 209. Moslehi dituduh memerintahkan penahanan sewenang-wenang dan penuntutan sejumlah tokoh oposisi.
Menteri Kebudayaan Mohammad Hosseini dianggap bertanggungjawab terhadap penyensoran pers dan juga penangkapan sejumlah wartawan dan artis, kata sumber yang sama.
Menteri Kehakiman Seyyed Morteza Bakhtiair dikatakan telah mengusik tokoh-tokoh Iran terkemuka yang tinggal di luar negeri.
Mantan Mendagri Sadeq Mahsouli dan kepala regu anti-kejahatan komputer polisi juga ada dalam daftar itu, karena penyelidikan terhadap tokoh-tokoh oposisi yang menggunakan Internet.
Uni Eropa juga menjatuhkan sanksi baru untuk Belarusia. Empat dari 16 orang Belarusia yang masuk dalam daftar hitam Uni Eropa itu diyakini terlibat dalam menjebloskan aktivis hak asasi manusia Ales Beliatsy. Presiden Alexander Lukashenko sendiri telah mengirim para ratusan penentangnya ke penjara.
Bulan lalu, Uni Eropa melarang pengiriman nota bank dan uang logam yang diproduksi di EU ke bank sentral Suriah. Sanksi itu dijatuhkan untuk memberi tekanan ekonomi terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.
Sanksi terhadap Suriah itu termasuk larangan bagi perusahaan-perusahaan Eropa melakukan investasi baru di industri minyak Suriah. Hal ini kian menusuk rezim Bashar al-Assad setelah sebelumnya ada terhadap impor minyak mentah Suriah ke Eropa.
Eropa membeli 95 persen dari ekspor minyak Suriah, memberi rezim itu dengan sepertiga dari perolehan uang berharga tetapnya.
Sanksi terhadap Suriah itu terjadi pada saat kejengkelan bertambah terhadap Rusia dan China di EU dan AS, karena veto mereka pada resolusi PBB terhadap tindakan keras Suriah terhadap demonstran.
Sumber :
ANT, AFP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar